Faktor Sosial Ekonomi Penyebab Kekerasan Dalam Rumah Tangga

KDRT: Ketika Tekanan Ekonomi Memicu Badai di Rumah

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) seringkali dianggap sebagai masalah personal yang tersembunyi di balik pintu tertutup. Namun, di balik kerumitan relasi pribadi, terdapat akar masalah sosial ekonomi yang kuat berperan sebagai pemicu dan pelanggeng siklus kekerasan. Memahami faktor-faktor ini krusial untuk penanganan yang efektif dan pencegahan yang berkelanjutan.

1. Kemiskinan dan Pengangguran:
Tekanan finansial yang ekstrem akibat kemiskinan atau hilangnya pekerjaan dapat menciptakan stres, frustrasi, dan rasa tidak berdaya yang luar biasa. Individu yang merasa gagal memenuhi peran sebagai pencari nafkah atau terjebak dalam kesulitan ekonomi rentan melampiaskan emosi negatif ini kepada anggota keluarga, seringkali dalam bentuk kekerasan fisik atau verbal. Kondisi ini memperparah konflik dan mengurangi kemampuan keluarga untuk mengelola masalah secara konstruktif.

2. Ketergantungan Ekonomi:
Dalam banyak kasus, terutama pada korban perempuan, ketergantungan ekonomi pada pasangan pelaku menjadi jerat. Kurangnya akses terhadap penghasilan sendiri atau sumber daya keuangan membuat korban sulit meninggalkan situasi yang abusif. Pelaku dapat memanfaatkan kontrol finansial ini sebagai alat untuk memanipulasi dan mempertahankan kekuasaan, memperparah isolasi korban, dan menghilangkan opsi untuk melarikan diri dari kekerasan.

3. Pendidikan Rendah dan Akses Informasi Terbatas:
Tingkat pendidikan yang rendah seringkali berkorelasi dengan keterbatasan peluang kerja dan pemahaman hak-hak individu. Kurangnya pengetahuan tentang hak-hak hukum, sumber daya bantuan, atau mekanisme pelaporan kekerasan membuat korban lebih rentan dan sulit mencari pertolongan. Pendidikan juga mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menyelesaikan konflik tanpa kekerasan.

4. Norma Sosial dan Ketidaksetaraan Gender:
Meskipun bukan murni faktor ekonomi, norma sosial patriarkal seringkali sangat terikat dengan peran ekonomi gender. Norma yang menempatkan laki-laki sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah utama, sementara perempuan di ranah domestik, dapat menciptakan ketidaksetaraan kekuasaan. Ketika peran ini terganggu oleh kesulitan ekonomi, atau ketika perempuan mulai memiliki kemandirian finansial, hal ini dapat memicu konflik dan kekerasan sebagai upaya mempertahankan dominasi.

Kesimpulan:
KDRT bukanlah sekadar masalah personal, melainkan cerminan dari ketimpangan dan tekanan sosial ekonomi yang mendalam. Penanganannya membutuhkan pendekatan holistik, tidak hanya respons terhadap kekerasan itu sendiri, tetapi juga pemberdayaan ekonomi korban, peningkatan pendidikan, serta perubahan norma sosial yang mendukung kesetaraan gender dan menolak segala bentuk kekerasan. Dengan demikian, kita dapat bersama-sama membangun rumah tangga yang aman dan bebas dari badai kekerasan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *